"
الاخلاق "
Makalah Ini Disusun Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
الاخلاق المحمدة
|
|
الاخلاق المزممة
|
Disusun Oleh:
ANDIKA YULIANTO
Dosen :
Dr. H. HAMZAH, M.Ag.
Jurusan/Prodi/Semester
TARBIYAH/PAI/I
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2012/2013
Kata Pengantar
Segala
puji bagi Allah, Sang Pencipta Alam semesta yang telah memberikan nikmatNya
kepada kita. Dengan rida dan izin-Nya makalah ini bisa selesai ditulis.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabiyullah Muhammad saw, keluarga ,
dan para sahabat beliau. Semoga juga kelak kita mendapatkan syafaat beliau di
akhirat nanti.
Dalam
makalah ini sedikit banyak membahas beberapa akhlak, baik akhlakul karimah
ataupun akhlakul mazmudah. Dan penulis mengambil 5 contoh akhlak terpuji dan 5
contoh akhlak tercela. Untuk akhlak terpuji penulis memberikan contoh seperti :
Ikhlas , Amanah, Bersyukur, Adil, rasa malu. Sedangkan untuk akhlak tercela
penulis memberikan contoh seperti Riya’, Hasad, Ghadob( pemarah), Takabur,
Namimah.
Dari
contoh – contoh yang penulis sajikan dapat petik pelajaran yang dapat
memperbaiki kualitas akhlak baik pada penulis itu sendiri dan lebih luasnya
kepada para pembaca makalah ini. Dan penulis mengajak mari kita meneladani
akhlakul karimah rasulullah yang memang diciptakan untuk memperbaiki akhlak
umatnya.
Dengan
demikian kami harapakan makalah ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa UIR
khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya. Untuk kesempurnaan makalah ini,
penulis mengharapkan saran yang dapat membangun untuk lebih sempurna makalah
ini.
Penulis
Andika Yulianto
BAB I
PENDAHULUAN
Ajaran
islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat
atau tabiat.
Berdasarkan
istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang,
darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak meliputi jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak
meliputi hubungan hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual
keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama manusia (horizontal) dan juga sifat
serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam semesta).
Bagi
seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi
Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah
sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik
bagi seluruh kaum Muslimin.
Dan
seharusnya kita lebih dapat mengetahui antara akhlak terpuji dan akhlak
tercela. Untuk itu dalam makalah ini diuraikan bebagai macam akhlak terpuji dan
macam akhlak tercela. Contoh akhlak terpuji yaitu Ikhlas, Amanah, Adil,
bersyukur dan rasa malu. Sedangkan akhlak tercela yaitu Riya’, takabur, hasad,
Ghadab( pemarah ), Namimah ( adu Domba).
BAB II
PEMBAHASAN AKHLAK MAHMUDAH
(TERPUJI) DAN AHLAK MAZMUMAH (TERCELA)
A. PENGERTIAN
AKHLAK
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi
dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan
Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti
berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim,
berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar
dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.
Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah
pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala.
Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja
bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap
pulalah bangsa itu".
Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang
baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu
dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya,
mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk
mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam
surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk
manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada
Allah”
Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri
hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka
buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat
mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain
yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya
yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu
Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya
“Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” (Q.S.
Ar-Ruum: 41).
B. PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI)
Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama
(Allah dan RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur,
rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat
dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana,
teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas,
khauf, taubat, ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan
ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan
kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan tentang
tasawuf.
1. Contoh-Contoh
Akhlak Mahmudah
Dalam
pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang meliputi ikhlas,
sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a.
Ikhlas
Kata ikhlas
mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti
memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku
pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah
menanyakan hal itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah
satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai
dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Keikhlasan
seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat
yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan
dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan,
persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
b. Amanah
Secara
bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan
secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal
ini didasarkan pada firman Allah SWT:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ
إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya
Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang
memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil…”
(QS 4:58).
Dalam ayat
lainnya, Allah juga berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا
وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا
“Sesungguhnya
Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka mereka
semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
bodoh…” (QS. 33:72).
c.
Adil.
Adil
berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain
ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil
kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/
pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga perkara yang
menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak
ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika
susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa
nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. Abu Syeikh).
d.
Bersyukur
Syukur
menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya kenikmatan dan
menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna
syukur secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup)
hal-hal yang dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur. Yaitu dengan cara tidak
memanfaatkan nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci
oleh Allah SWT.
e. Rasa malu
”Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan
dimintakan pertanggungjawaban”
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan.
Sepanjang rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan
terjaga dari segala godaan syetan yang mengajak kepada perbuatan dosa. Dengan
memiliki rasa malu, orang akan terjaga akhlaknya. Oleh karena itu semua agama
samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia yang salah satunya
adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai
akhlak, dan akhlak Islam adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا لا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا
أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat
Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang
dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan
aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya
Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Fushshilat Ayat
: 40)
Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat apa
saja, tapi harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari
pengawasan Allah SWT dan kelak akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa
mempertimbangkan halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan
rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah
sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu bagian dari
iman."
Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering disebut dengan ungkapan tebal
kulit muka. Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan memerah mukanya.
Orang yang tidak pernah memerah mukanya adalah orang yang kurang rasa malunya
karena itu disebut tebal kulit muka. Tentu ini hanya peribahasa saja, bukan
berarti bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan
itu dapat memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah
sifat kasar, dan sifaat kasar itu menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad
dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu
disebabkan karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu
dijatuhi hukuman oleh negara, bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat
istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak malu berbuat pelanggaran
lagi karena sudah siap masuk penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala
tindakan kejahatan, keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan
lain-lain. Marilah kita jaga diri kita dari segala bentuk kema'siatan yang akan
membawa kepada kehancuran pribadi dan kehancuran masyarakaat, bangsa dan
nengara.
C. PENGERTIAN AKHLAK MAZMUMAH
(TERCELA)
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama
(Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong,
sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud,
kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik,
riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam,
giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti
mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf,
tabdzir.
Dalam konteks pembahasan Akhlak itu,
maka akhlak dapat di bagi kepada 3 (tiga) bagian yaitu :
1. Akhlak kepada
Allah SWT
Akhlak kepada Allah adalah perbuatan hambaNya terhadap Allah SWT.
2. Akhlak kepada
MakhlukNya
Akhlak kepada MakhlukNya adalah perbuatan hambaNya terhadap makhluk Allah,
seperti Malaikat, Jin, Manusia, dan Hewan.
3. Akhlak kepada
Lingkungan
Akhlak kepada lingkungan adalah perbuatan hambaNya terhadap lingkungan
(semesta alam), seperti : tumbuh-tumbuhan, air (laut, sungai, danau), gunung,
dan sebagainya.
Contoh Sifat Mazmumah (Tercela) yaitu:
1. Riya’
dan Sum’ah
Diantara penyakit hati yang tidak hanya menimpa orang umum
tetapi juga kader dakwah adalah riya dan sum’ah. Mulai dari definisi
riya dan sum’ah, faktor penyebab, dampak buruk, fenomena riya dan sum’ah,
sampai kiat mengatasinya. Insya Allah.
Definisi Riya
secara Etimologi.
Kata riya
berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu,
berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini
sejalan dengan firman Allah SWT:
الَّذِينَ
هُمْ يُرَاءُونَ
“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan
menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 6-7).
“…
dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia.” (QS. Al-Anfal : 47)
Definisi
Riya secara Terminologi.
Pengertian
riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang menampakkan
amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya mendapatkan
kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan
materi.
Pengertian
Sum’ah secara Etimologi
Kata
sum’ah berasal dari kata samma’a (memperdengarkan). Kalimat samma’an
naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada
manusia yang semula tidak mengetahuinya.
Definisi
Sum’ah secara Terminologi.
Pengertian
sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan
atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau
tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau
penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Dalam
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin
Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap
seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap
seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal
tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan
sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk
memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan
manusia.
Dalam
Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah
SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari).
Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari).
Diperlakukan
dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat.
Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak
diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil.
“Sesungguhnya
yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat
bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Riya.” “Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti
ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya, ‘Pergilah kalian kepada
orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat Apakah kalian memperoleh
balasan dari mereka?” Kemudian Rasulullah mendengar seseorang membaca dan
melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya
dia amat taat kepada Allah.” Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad. (HR. Ahmad)
Demikianlah
riya dan sum’ah akan membawa petaka di akhirat. Namun, tidak semua yang
diperdengarkan berarti sum’ah. Dalam hal ini suara dzikir Miqdad bin Aswad
tidak dikategorikan demikian. Karena riya dan sum’ah adalah penyakit hati, maka
perbuatan fisik yang sama bukan berarti berangkat dari hati/niat yang sama
2.
Takabur dan Tahasud
وعن عبدالله بن مسعود
رضي الله عنه عن النبي صلىالله عليه وسلم قال : لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ من كان
فىقَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ {رواه مسلم}
“Dari Abdillah ibn Mas’ud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya
sebesar atom”. (HR. Muslim)
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi dari
orang lain, baik kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan lain-lain.
Takabur itu terbagi atas 2 macam yaitu :
Takabur batin : yang merupakan pekerti di dalam hati
Takabur lahir : yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari anggota
badan, kelakuan-kelakuan ini amat banyak sekali bentuknya dan oleh karena itu
sukar untuk dihitung dan diperinci satu persatu.
Jelasnya ialah orang yang menghinakan saudaranya sesama muslim melihatnya
dengan mata ejekan, menganggap bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, suka
menolak kebenaran, sedangkan ia telah mengetahui bahwa itulah yang sesungguhnya
benar, maka jelaslah bahwa orang tersebut dihinggapi penyakit kesombongan dan
mengabaikan hak-hak Allah, tidak mentaati apa yang diperintahkan olehnya serta
melawan benar-benar pada zat yang maha kuasa.
Takabur itu hukumnya haram, kecuali pada 2 tempat :
1. Sombong terhadap orang yang sombong
2. Sombong diwaktu peperangan terhadap orang-orang kafir.
3.
Hasad
Pengertian Hasad
Hasad artinya menaruh
perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap keberuntungan atau
kenikmatan yang di peroleh.
Hasad merupakan akhlak yang tercela, harus
dihindari dalam kehidupan sehari- hari. Wujudnya seperti memusuhi, menjelek-
jelekan, mencemkan nama baik orang lain, dan lain- lain. Sabda Rasullah “Telah
masuk kedalam tubuhmu penyakit – penyakit umat dahulu, ( yaitu ) benci dan
dengki. Itulah yng membinasakan agama, buakan sengki mencukur rambut.”
( Hr. Abu Daud Tirmidzi ).
Hadits diatas menjelaskan apabila manusia apabila
manusia saling mendengki, maka ajaran agama dan segala tatanan hukum tidak akan
mengaturnya. Sehingga Rasulullah SAW mengibaratkan sifat dengki bagaikan api
yang membakar kayu bakar.
2. Bahaya Sifat Hasad
Rasulullah SAW menggambarkan
buruknya sifat hasad seprti api yang membakar kayu bakar, sebagia perusak dan
penghancur Sendi-sendi agama, artinya orang bersikap dan berbuat dengki pada
dasarnya sama dengan penghancur agama. Hasad harus dihindari karena merugikan
diri sendiri ataupun orang lain. Adapun bahaya hasad antara lain:
- Menimbulkan permusuhan dan pertikain
- Menimbulkan perasaan dendam
- Menghilangkan persahabatan
- Tidak disenangi oleh orang banyak
- Menghilangkan semua aml baik yang telah dilakukan
- Dibenci Allah SWT ( mendapat dosa )
1. Cara menghindari sifat hasad ( dengki
)
Cara menghindari
sifat hasad,antara lain
a. Meningkatkan iman dan taqwa kerada Allah SWT.
b. Mendekatkan diri kepada Allah SWT,dengan harapan
hati dan pikiran menjadi tenang.
c. Menyadari bahwa hasad dapat menghupus kebaikan.
d.
Mempererat tali persaudaraan guna
terjalin kerukunan dan kebersamaan
e. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT
f. Menumbuhkan sifat qan’ah ( merasa cukup terhadap apa
yang dimiliki )
4. Ghadab
1. Pengertian
Ghadab (pemarah) artinya
orang yang suka marah. Sedangkan marah artinya berontaknya jiwa dalam
menghadapi sesuatu yang tidak disenangi atau marah adalah luapan hawa nafsu,
baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang tidak terkendali.
Dalam pergaulan
hendaknya manusia jangan mudah marah. Apabila arah karena hal-hal yang sepele,
yang sebenarnya tidak perlu marah,tetapi menjadi marah besar (murka). Hal yang
demikian tidak sesuai dengan pribadi muslim yang sebenarnya. Sebab selain
menganjurkan agar kita menjadi pemaaf, suka maafkan kesalahan atau kehilafan
orang lain agar persaudaraan dapat terpelihara dengan sebaik-baiknya.
Disekolah ada seorang
guru yang sabar dalam menghadapin perilaku siswanya. Meskipun siswanya tidak
memeperdulikannya, namun ia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan
baik, bahkan ia tetap menyayangi siswanya. Pada suatu ketika ia mendadak marah,
anak-anak tidak ada yang berani berbicara dan mereka tidak mengerti apa
penyebabnya, sehingga mereka diam semuanya.
Sikap guru tersebut
sangat bertentangan dengan norma agama, padahal islam menganjurkan kepda
umatnya untuk bersabar bila mengadapi ujian atau cobaan. Permasalahan tidak
boleh dihadapi dengan marah. akan tetapi harus dihadapi dengan penuh kesabaran.
Sabda Rasulullah SAW.
“Janganlah kamu memutuskan suatu perkara antara yang bersengketa ketika engkau
dalam keadaaan marah.” (HR. Bukhari)
Al Ghazali juga
mengatakan bahwa orng tyang sabar ialah orang yang sanggup bertahan dalam
mengadapi gangguan dan rasa sakit, yang sanggup memikul beban yang tidak
disukainya, yang sanggup mengendalikan kemarahan.
Firman Allah SAW. “Hai
orang-orang yang beriman mintalah pertolongan dengan sabar dan sesungguhnya
Allah menyertai orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah: 153)
Allah SWT juga
menjanjikan kepada orang-orang yang sanggup menahan amarahnya dengan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi. “…..dan kepada surga yang luasnya seluas
langit dan bumi, yang disedikan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memanfaatkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs Ali Imran : 133 –134)
Jika terlajur marah,
maka sikap yang diajarkan Rasulllah SAW adalah “Sesungguhnya marah itu dari
syetan dan sesungguhnya setan itu dijadikan dari api dan pai akan mati dengan
(disiram) air, maka apabila marah seseorang di antara kamu, maka berwudhulah.”
(HR Abu Dawud)
Demikianlah, kita harus
mampu menahan amarah, karena amarah itu datangnya dari syetan yang akan
senantiasa menyesatkan kita, sehingga kita akan berbuat yang tidak seharusnya
kita lakukan. Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat dan menang dalam
bergulat melainkan orang yang sanggup menahan marahnya.
2. Bahaya sifat pemarah
Adapun bahaya sifat
pemarah antara lain:
- Dibenci oleh Allah SWT, teman dan masyarakat
- Menimbulkan permusuhan
- Retaknya tali persaudaraan
3. Cara menghindari sifat pemarah antara lain sebagai berikut:
a. Membaca ta’awuz
b. Seringlah membaca istigfar
c. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu
d. Jika saat marah itu kita sedang
berdiri, segeralah duduk dan jika dalam keadaan duduk, segeralah berbaring.
5. Namimah
1. Pengertian Namimah
Namimah atau mengadu domba adalah usah atau perbuatan seseorang baik berupa
ucapan atau perbuatan yang bertujuan mengadu domba satu orang dengan orang
lain, satu golongan dengan golongan yang lain, dan lain sebagainya.Perbutan
namimah adalah perbuatan yang dibenci orang Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya.
وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ- مَهِينٍهَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
“dan janganlah engkau patuhi orang – orang yang suka bersumpah dan suka menghina , suka mencela, yang kian kemari
menyebarkan fitnah.” ( QS. Al Qalam : 10- 11)
Orang yang terbiasa
dengan sifat naminah akan slau berbuat kerusakan dimana pun dan kapanpun,
apalagi sifat ini sudah terpatri kuat dalam hati. Orang – orang seperti akan
selsu menggunakn siasat buruknya untuk kepentingan pribadinya. Selain itu, ia
akan selalu mencela orang lain dengan kesana kemari menyebar fitnah, mereka
adalah orang yang selalu bersama – sama berada ditengah – tengah dengan tujuan
untuk menghasut, membuat huru – hara, dan kerusakan .
2. Dampak negatif
namimah
Adapun beberapa akibat negatif yang ditimbulkan dari
sifat namimah antara lain sebagai berikut :
a. Dapat merusak hubungan baik antar sesama
manusia
b.Orang yang memiliki sifat namimah akan dikucikan
darii kehidupan masyarakat,dan diperlakukan buruk lainnya.
c. Orang yang memiliki sifat namimah akan mendapat
siksa kubur.
Rasulullah saw bersabda
: “Sesungguhnya Rasulullah Saw melewati dua kuburan, lalu Rasulullah
bersabda penghuni kedua kuburan ini telah disiksa bukan karena melakukan dosa
besar. Yang satu tidak membersihkan kencing dan yang lain berjalan untuk
mengadu domba.”( H.R. Asy- Syakhani )
d. Mendapat siksa dari kubur
Rasulullah SAW
bersabda: “ Dan Abu Darda berkata : “Rasulullah bersabda : setiap orang yang
menyebarkan pada seseorang dengan kalimat untuk melakukan di dunia, maka
baginya atas Allah siksa yang menghancurkan di neraka pada hari kiamat.”
( HR. At. Tabaini )
3. Cara menghindari
perbuatan namimah
a. Menyadari bahwa perbuatan
tersebut dibenci oleh Allah SWT, dan orang melakukannya akan mendapat siksa
yang pedih, baik dilam kubur maupun di akhirat.
b. Menyadari bahwa sesama muslim adalah saudara yang harus saling menolong,
bukan saling bermusuhan.
c. Memahami bahwa perpecahan akan berakibat sangat merugikan bagai semua
elemen masyarakat.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
D. AKHLAK MAHMUDAH MELAHIRKAN
INSAN YANG BERTAKWA
Sifat Mahmudah atau juga dikenali
dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam diri seseorang yang
menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat
mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-racun yang boleh membunuh
manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah
yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan. Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi
pengukur bagi menyatakan sifat seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah
berdasarkan kepada akhlak dan perilaku yang dimilik oleh seseorang.
Dalam mengamalkan sifat-sifat
mahmudah atau etika hidup yang murni, ia merangkumi banyak aspek antaranya :
1. Akhlak Terhadap Diri
Sendiri, seperti menjaga kesihatan diri, membersih jiwa daripada akhlak yang
buruk dan keji serta tidak melakukan perkara-perkara maksiat.
2. Akhlak Terhadap Keluarga,
seperti pergaulan dan komunikasi yang baik antara suami isteri, berbuat baik
kepada kedua ibu bapa, menghormati yang lebih tua dan mengasihi orang-orang
muda daripada kita.
3. Akhlak Terhadap
Masyarakat, seperti sentiasa menjaga amanah, menepati janji, berlaku adil,
menjadi saksi yang benar dan sebagainya.
Akhlak dapat dibentuk dengan baik
sekiranya kita benar-benar mengikuti lunas-lunas yang telah disyariatkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Antara jalan terbaik untuk membentuk akhlak yang mulia
ialah :
1. Mempunyai
Ilmu Pengetahuan. setiap mukmin perlu mempelajari apakah yang dimaksudkan
dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan tahu membezakan dengan akhlak yang
keji ( akhlak mazmumah ).
2. Menyedari
Kepentingan Akhlak Yang Diamalkan. Ini kerana akhlak merupakan cermin diri bagi
seseorang muslim dan membawa imej Islam, malahan daya tarikan Islam juga
bergantung kepada akhlak yang mulia.
3. Mempunyai
Keazaman Yang Tinggi, melalui keazaman yang tinggi dan kuat sahajalah jiwa
seseorang dapat dibentuk untuk benar-benar menghayati sifat yang mulia.
BAB III
KESIMPULAN
Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, manusia sudah
ditakdirkan untuk menjalani peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini.
Sedari detik itu sehingga kini, manusia terus menjalani hidup dengan berbagai
cara dan peristiwa yang membentuk sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan
keperibadian manusia penuh pertentangan dan beraneka ragam. Manusia bukan
makhluk sosial semata-mata malah bukan jua diciptakan untuk mementingkan diri
sendiri semata-mata.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada
manusia untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis
Rasulullah SAW. Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan
amanah, menyeru manusia kepada tauhid dan dengan akhlak jualah baginda
menghadapi musuh di medan perang.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Amin, Ahmad, Etika
(Ilmu Akhlak), (Terj), Farid M’aruf, dari judul asli al-Akhlak, Jakarta:Bulang Bintang, 1983.
LOMBA BLOG !
BalasHapuspermisi, minat ikut lomba blog ?
Hello bloggers Indonesia! Dalam rangka menyambut Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1436 H Refiza Souvenir menyelenggarakan blog competition bagi para bloggers. Tuliskan semua hal tentang souvenir Islami dan dapatkan hadiah menarik dari Refiza. . syarat dan ketentuan http://www.refiza.com/blogcompetition2015/
bang izin copas bang
BalasHapus